Informasi Dan Edukasi

Sabtu, 11 Januari 2020

Mengajarkan Nilai Perjuangan pada Sang Anak

Ilustrasi: Pixabay

Tulisan ini terinspirasi dari obrolan ringan yang terjadi dengan rekan seprofesi saya di kantor. Saat pelaksanaan pembagian rapor siswa. Pengambilan rapor dilakukan oleh orangtua karena ada hal-hal yang harus dijelaskan kepada orang tua terkait prestasi atau semangat belajar siswa.

Kami bercerita tentang penentuan rangking siswa terkait pemberian beasiswa bagi juara umum maupun reguler. Ia teringat sewaktu duduk di bangku SMA. Ia meminta kepada ayahnya untuk membelikannya sepeda motor besar.

Berulang kali ia minta pada ayahnya, namun tak pernah mendapat respon positif. Selama ini prestasinya di sekolah biasa-biasa saja. Tidak masuk ranking sepuluh besar, tapi juga tidak peringkat sepuluh terbawah. Biasa saja, yang penting bisa mengikuti pelajaran.

Ayahnya berjanji akan memberikan sepeda motor itu jika ia bisa mendapatkan rangking di kelas. Tak tanggung-tanggung, ranking kelas yang disyaratkan itu bukan dua, apalagi tiga, melainkan harus ranking satu.

Agh, rasanya begitu sulit untuk ia raih. Ia pun mengikhlaskannya, karena tahu ia tidak akan mampu meraihnya. Begitupun, ia tetap berusaha memperbaiki cara belajarnya. Pikirnya, bisa masuk sepuluh besar saja sudah lebih baik. Tanpa terbesit di benaknya untuk mengejar juara satu.

Membaca, menulis, mengurangi jam keluar bermain dengan teman, bertanya materi pelajaran dan istirahat. Ia hanya berkutat pada beberapa kegiatan itu. Tibalah hari pembagian rapor. Orang tuanya datang tidak tepat waktu, karena tahu anaknya bakal tidak mendapat ranking.

Tak disangka, ibunya mendapat kabar gembira bahwa anaknya meraih peringkat pertama. Hampir tak percaya, ibunya terharu. Ayahnya menepati janji, namun masih juga memberikan syarat. Sepeda motor besar yang ia mau, tak serta merta bebas ia pakai. Ia belum boleh membawanya bepergian, sebelum ia memiliki SIM.

Yang saya tahu, ia berasal dari keluarga yang  berkecukupan ekonomi. Membelikan sepeda motor itu adalah perkara yang kecil bagi orang tuanya. Tapi orang tuanya tidak mau merancang anaknya menjadi pemuda pemalas, yang setiap kali meminta sesuatu langsung diberi. Atau karena jika tidak dibelikan sepeda motor, anaknya tidak mau sekolah. Orangtuanya mengajarkan untuk berjuang sebelum meraih apa yang ia mau. Semoga bermanfaat.
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Statistik Pengunjung