Ilustrasi: Pixabay |
Tulisan ini
terinspirasi dari obrolan ringan yang terjadi dengan rekan seprofesi saya di
kantor. Saat pelaksanaan pembagian rapor siswa. Pengambilan rapor dilakukan
oleh orangtua karena ada hal-hal yang harus dijelaskan kepada orang tua terkait
prestasi atau semangat belajar siswa.
Kami bercerita tentang
penentuan rangking siswa terkait pemberian beasiswa bagi juara umum maupun
reguler. Ia teringat sewaktu duduk di bangku SMA. Ia meminta kepada ayahnya
untuk membelikannya sepeda motor besar.
Berulang kali ia minta
pada ayahnya, namun tak pernah mendapat respon positif. Selama ini prestasinya
di sekolah biasa-biasa saja. Tidak masuk ranking sepuluh besar, tapi juga tidak
peringkat sepuluh terbawah. Biasa saja, yang penting bisa mengikuti pelajaran.
Ayahnya berjanji akan
memberikan sepeda motor itu jika ia bisa mendapatkan rangking di kelas. Tak
tanggung-tanggung, ranking kelas yang disyaratkan itu bukan dua, apalagi tiga,
melainkan harus ranking satu.
Agh, rasanya begitu
sulit untuk ia raih. Ia pun mengikhlaskannya, karena tahu ia tidak akan mampu
meraihnya. Begitupun, ia tetap berusaha memperbaiki cara belajarnya. Pikirnya,
bisa masuk sepuluh besar saja sudah lebih baik. Tanpa terbesit di benaknya
untuk mengejar juara satu.
Membaca, menulis,
mengurangi jam keluar bermain dengan teman, bertanya materi pelajaran dan
istirahat. Ia hanya berkutat pada beberapa kegiatan itu. Tibalah hari pembagian
rapor. Orang tuanya datang tidak tepat waktu, karena tahu anaknya bakal tidak
mendapat ranking.
Tak disangka, ibunya
mendapat kabar gembira bahwa anaknya meraih peringkat pertama. Hampir tak
percaya, ibunya terharu. Ayahnya menepati janji, namun masih juga memberikan
syarat. Sepeda motor besar yang ia mau, tak serta merta bebas ia pakai. Ia
belum boleh membawanya bepergian, sebelum ia memiliki SIM.
Yang saya tahu, ia berasal
dari keluarga yang berkecukupan ekonomi.
Membelikan sepeda motor itu adalah perkara yang kecil bagi orang tuanya. Tapi
orang tuanya tidak mau merancang anaknya menjadi pemuda pemalas, yang setiap
kali meminta sesuatu langsung diberi. Atau karena jika tidak dibelikan sepeda
motor, anaknya tidak mau sekolah. Orangtuanya mengajarkan untuk berjuang
sebelum meraih apa yang ia mau. Semoga bermanfaat.
0 Comments:
Posting Komentar