Ilustrasi gambar: Pixabay |
Guru merupakan profesi yang acap disandarkan dengan sifat
sabar. Ya, menghadapi bermacam karakter anak. Jika anda memilih menjadi guru,
berarti anda telah siap menjadi orang yang sabar.
Suatu hari saya ngobrol dengan
seorang kepala sekolah yang dulu semasa ia masih magang mengajar, ia mendapati
anak didiknya kurang sopan dalam berperilaku. Tapi hal itu bukan malah
menjadikan semangat mengajarnya surut.
Ia jadikan itu sebuah ilmu yang sangat mahal.
Karena dengannya, ia mampu memahami kondisi siswa. "Jika guru telah memahami
kondisi siswa, ia akan lebih mudah mengajarnya karena tahu apa yang diperlukan
siswa" runutnya.
Ada lagi, teman seprofesi dengan saya. Ketika
menjalani mata kuliah PPL, ia juga berada di sekolah yang siswa-siswinya
memiliki tingkat hormat yang sangat rendah kepada guru. Ia bahkan dianggap
tidak ada di kelas.
Tapi ia belajar dari
sana, bagaimana ia harus mencuri perhatian siswa dan bagaimana memahami kondisi
siswa yang kurang hormat hingga ia bisa menguasai kelas. Guru perlu tahu latar
belakang kehidupan siswa.
Masih dari sumber yang
sama, ia mengatakan bahwa faktor terbesar siswa berperilaku kurang sopan
terhadap guru adalah lingkungan keluarga. Dikisahkannya, ada cerita dari
muridnya tentang ayah tirinya yang membencinya. Sementara ia tinggal satu rumah
dengannya. Bagaimana ia mau nyaman belajar, sementara batinnya masih carut
marut.
Sikapnya yang kurang
sopan di sekolah adalah wujud kurangnya kasih sayang keluarga padanya. Iapun
mencari perhatian dari pihak lain. Tak ayal jika ia berperilaku
"aneh" agar ia diperhatikan.
Cerita siswa lain.
Wali siswa datang memenuhi surat panggilan orangtua ke ruang kesiswaan. Wali
itu bukanlah ayah kandungnya, melainkan pamannya. Pamannya menjelaskan bahwa
anak tersebut telah pernah dinasihati.
Ia malah menjawab,
"orangtuaku saja seperti itu (bercerai) kenapa aku harus jadi baik?"
Ia masih belum menerima keadaan orangtuanya yang berpisah.
***
Guru, ketika anda merasa
lelah dengan sikap seorang siswa, jangan lupa bahwa anda masih punya puluhan
siswa yang menunggu kehadiran anda masuk kelas. Ketika anda merasa tak sanggup
lagi untuk mengubah sifat buruknya, jangan lupa bahwa anda telah membagi ilmu
pengetahuan kepada lebih dari satu orang siswa.
Teruslah berharap
kebaikan pada murid anda karena kelak, bisa jadi doa anda yang terkabul. Guru yang sabar akan terus melekat di
hati siswa, walau ia pernah berbuat kurang
sopan terhadap anda.
Sebaliknya, guru yang tidak sabar akan terukir buruk juga di hati siswa. Bukan tidak mungkin malah menimbulkan rasa dendam di kemudian hari.
Akhirnya, kembali pada kalimat di awal. Siap menjadi guru berarti siap juga menjadi orang yang sabar menghadapi siswa.
Semoga bermanfaat
0 Comments:
Posting Komentar