Informasi Dan Edukasi

Sabtu, 10 Oktober 2020

Pantaskah Menyalahkan Siswa yang Kurang Etika?

Ilustrasi gambar: Pixabay


Guru merupakan profesi yang acap disandarkan dengan sifat sabar. Ya, menghadapi bermacam karakter anak. Jika anda memilih menjadi guru, berarti anda telah siap menjadi orang yang sabar.

Suatu hari saya ngobrol dengan seorang kepala sekolah yang dulu semasa ia masih magang mengajar, ia mendapati anak didiknya kurang sopan dalam berperilaku. Tapi hal itu bukan malah menjadikan semangat mengajarnya surut.

Ia jadikan itu sebuah ilmu yang sangat mahal. Karena dengannya, ia mampu memahami kondisi siswa. "Jika guru telah memahami kondisi siswa, ia akan lebih mudah mengajarnya karena tahu apa yang diperlukan siswa" runutnya.

Ada lagi, teman seprofesi dengan saya. Ketika menjalani mata kuliah PPL, ia juga berada di sekolah yang siswa-siswinya memiliki tingkat hormat yang sangat rendah kepada guru. Ia bahkan dianggap tidak ada di kelas.

Tapi ia belajar dari sana, bagaimana ia harus mencuri perhatian siswa dan bagaimana memahami kondisi siswa yang kurang hormat hingga ia bisa menguasai kelas. Guru perlu tahu latar belakang kehidupan siswa.

Masih dari sumber yang sama, ia mengatakan bahwa faktor terbesar siswa berperilaku kurang sopan terhadap guru adalah lingkungan keluarga. Dikisahkannya, ada cerita dari muridnya tentang ayah tirinya yang membencinya. Sementara ia tinggal satu rumah dengannya. Bagaimana ia mau nyaman belajar, sementara batinnya masih carut marut.

Sikapnya yang kurang sopan di sekolah adalah wujud kurangnya kasih sayang keluarga padanya. Iapun mencari perhatian dari pihak lain. Tak ayal jika ia berperilaku "aneh" agar ia diperhatikan.

Cerita siswa lain. Wali siswa datang memenuhi surat panggilan orangtua ke ruang kesiswaan. Wali itu bukanlah ayah kandungnya, melainkan pamannya. Pamannya menjelaskan bahwa anak tersebut telah pernah dinasihati.

Ia malah menjawab, "orangtuaku saja seperti itu (bercerai) kenapa aku harus jadi baik?" Ia masih belum menerima keadaan orangtuanya yang berpisah.

***

Guru, ketika anda merasa lelah dengan sikap seorang siswa, jangan lupa bahwa anda masih punya puluhan siswa yang menunggu kehadiran anda masuk kelas. Ketika anda merasa tak sanggup lagi untuk mengubah sifat buruknya, jangan lupa bahwa anda telah membagi ilmu pengetahuan kepada lebih dari satu orang siswa.

 

Teruslah berharap kebaikan pada murid anda karena kelak, bisa jadi doa anda yang terkabul. Guru yang sabar akan terus melekat di hati siswa, walau ia pernah berbuat kurang sopan terhadap anda.

Sebaliknya, guru yang tidak sabar akan terukir buruk juga di hati siswa. Bukan tidak mungkin malah menimbulkan rasa dendam di kemudian hari.

Akhirnya, kembali pada kalimat di awal. Siap menjadi guru berarti siap juga menjadi orang yang sabar menghadapi siswa.

Semoga bermanfaat

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Statistik Pengunjung