Ilustrasi: Pixabay |
Siapa bilang tidak punya uang tidak bisa mengenyam pendidikan?Siapa bilang tidak bisa mengenyam pendidikan hanya bermodal kemauan?Saya buktinya.
Banyak kita lihat orang yang mempunyai kondisi finansial yang baik malah tidak melanjutkan pendidikan. Mungkin karena mereka
sudah nyaman dengan hidup mapan hingga tidak punya semangat untuk berjuang
dalam hidup.
Dulu saya hanya seorang guru mengaji biasa yang
hanya bisa mengajarkan membaca Al-Qur’an tanpa tahu makna yang dibaca. Saya
mendapat informasi adanya penerimaan mahasiswa baru program studi bahasa arab di
Kampus Abu Ubaidah.
Hampir saja saya tidak bisa melanjutkan pendidikan
di kampus tersebut pada tingkat tiga karena terkendala biaya. Dalam seminggu
saya hanya masuk sekali atau dua kali, bahkan nyaris tidak pernah masuk kelas.
Keterbatasan dana. Saya harus pandai berhemat untuk biaya ongkos naik angkutan umum
ke kampus.
Maklum saja penghasilan guru mengaji di desa
sangatlah kecil. Biaya pendidikan saya tidak dibantu oleh siapapun. Orangtua sudah
memberikan peringatan jika ingin melanjutkan pendidikan maka harus bisa mandiri
membiayai diri sendiri.
Hingga saya dipanggil oleh direktur kampus untuk
ditanyai. Jika saya hanya datang sekali atau dua kali, itu karena mata
kuliahnya penting, yang tak bisa saya pelajari sendiri. Selebihnya saya bisa
pelajari sendiri karena sudah punya dasar-dasar ilmu bahasa arab yang pernah saya
pelajari di madrasah waktu kecil.
Sekian pertanyaan yang menjurus pada keseriusan belajar diajukan hingga akhirnya saya menyatakan diri untuk tidak
melanjutkan lagi pendidikan dikarenakan keterbatasan dana. Alhamdulillah ia
memberikan beasiswa atas itu.
Saya termasuk mahasiswa angkatan keempat program
ini yang takkan pernah melupakan jasa-jasa baik kampus yang telah mengantarkan
saya menjadi orang yang mampu berkarir di bidang akademis hingga saat ini.
Kampus ini memiliki kelas persiapan selama satu
semester bagi calon mahasiswa yang masih belum bisa membaca aksara arab. Lama
belajar menjadi dua tahun setengah jika masuk kelas persiapan di awal. Alhamdulillah
saya lulus pada tingkat pertama. Cukuplah bagi saya waktu dua tahun
menyelesaikan pendidikan di kampus tersebut.
Usai itu saya melanjutkan pendidikan S-1 pada salah
satu Sekolah Tinggi di Sumatera Utara. Sambil bekerja, mengikuti program kampus,
mengajar mengaji di salah satu desa yang sudah ditetapkan.
Sembilan tahun telah
berlalu cerita itu. Kini kampus tersebut bukan hanya membuka program bahasa
arab, ada juga program tahfidz, tahsin dan training intensif bahasa arab. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya akan bisa
mempunyai gelar akademis seperti sekarang ini. Dan gelar akademis ini jugalah
yang menjadi perantara saya menjemput rejeki.
Materi bukanlah modal utama dalam meraih
pendidikan. Kemauan adalah nomor satu yang harus ditanamkan dalam diri. Semoga
menginspirasi.
0 Comments:
Posting Komentar