Informasi Dan Edukasi

Sabtu, 10 Agustus 2019

Belajar di Kampus Abu Ubaidah, Mengubah Persepsi Diri


Ilustrasi: Pixabay

Siapa bilang tidak punya uang tidak bisa mengenyam pendidikan? 
Siapa bilang tidak bisa mengenyam pendidikan hanya bermodal kemauan? 
Saya buktinya. 

Banyak kita lihat orang yang mempunyai kondisi finansial yang baik malah tidak melanjutkan pendidikan. Mungkin karena mereka sudah nyaman dengan hidup mapan hingga tidak punya semangat untuk berjuang dalam hidup.

Dulu saya hanya seorang guru mengaji biasa yang hanya bisa mengajarkan membaca Al-Qur’an tanpa tahu makna yang dibaca. Saya mendapat informasi adanya penerimaan mahasiswa baru program studi bahasa arab di Kampus Abu Ubaidah.

Hampir saja saya tidak bisa melanjutkan pendidikan di kampus tersebut pada tingkat tiga karena terkendala biaya. Dalam seminggu saya hanya masuk sekali atau dua kali, bahkan nyaris tidak pernah masuk kelas. Keterbatasan dana. Saya harus pandai berhemat untuk biaya ongkos naik angkutan umum ke kampus.

Maklum saja penghasilan guru mengaji di desa sangatlah kecil. Biaya pendidikan saya tidak dibantu oleh siapapun. Orangtua sudah memberikan peringatan jika ingin melanjutkan pendidikan maka harus bisa mandiri membiayai diri sendiri.

Hingga saya dipanggil oleh direktur kampus untuk ditanyai. Jika saya hanya datang sekali atau dua kali, itu karena mata kuliahnya penting, yang tak bisa saya pelajari sendiri. Selebihnya saya bisa pelajari sendiri karena sudah punya dasar-dasar ilmu bahasa arab yang pernah saya pelajari di madrasah waktu kecil.

Sekian pertanyaan yang menjurus pada keseriusan belajar diajukan hingga akhirnya saya menyatakan diri untuk tidak melanjutkan lagi pendidikan dikarenakan keterbatasan dana. Alhamdulillah ia memberikan beasiswa atas itu. 

Saya termasuk mahasiswa angkatan keempat program ini yang takkan pernah melupakan jasa-jasa baik kampus yang telah mengantarkan saya menjadi orang yang mampu berkarir di bidang akademis hingga saat ini.

Kampus ini memiliki kelas persiapan selama satu semester bagi calon mahasiswa yang masih belum bisa membaca aksara arab. Lama belajar menjadi dua tahun setengah jika masuk kelas persiapan di awal. Alhamdulillah saya lulus pada tingkat pertama. Cukuplah bagi saya waktu dua tahun menyelesaikan pendidikan di kampus tersebut.

Usai itu saya melanjutkan pendidikan S-1 pada salah satu Sekolah Tinggi di Sumatera Utara. Sambil bekerja, mengikuti program kampus, mengajar mengaji di salah satu desa yang sudah ditetapkan. 

Sembilan tahun telah berlalu cerita itu. Kini kampus tersebut bukan hanya membuka program bahasa arab, ada juga program tahfidz, tahsin dan training intensif bahasa arab. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya akan bisa mempunyai gelar akademis seperti sekarang ini. Dan gelar akademis ini jugalah yang menjadi perantara saya menjemput rejeki. 

Materi bukanlah modal utama dalam meraih pendidikan. Kemauan adalah nomor satu yang harus ditanamkan dalam diri. Semoga menginspirasi.




Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Statistik Pengunjung