Sumber gambar: Pixabay |
Pernah
seseorang datang pada saya mengabarkan saudaranya yang sakit. Seorang anak
berumur sekitar kelas lima sekolah dasar. Katanya, dia bermain-main di sungai
bersama teman-temannya. Sepulangnya, ia jatuh sakit hingga seminggu badannya
seperti kaku. Tidak mau makan selama seminggu. Hanya roti yang dicuil
kecil-kecil lalu dicampur dengan air minum agar dapat diminumnya menggunakan
sedotan.
Ia
juga sudah dibawa ke rumah sakit namun tak kunjung sembuh. Akhirnya orang
tuanya membawanya kembali ke rumah untuk berobat jalan. Pemuda itu meminta saya
untuk merukiah anak itu.
Rukiah
adalah metode pengobatan nabi dengan cara membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Rukiah
umumnya digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan karena gangguan jin.
Selain itu, rukiah juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani. Dalam Sunan Ibnu
Majah disebutkan dari hadits Aisyah, “Rasulullah memberikan izin untuk meruqyah
terhadap gigitan ular dan sengatan kalajengking.” (Al-Bukhari 5741 dan Muslim
2193).
Permintaannya
itu saya anggap sebagai basa-basi obrolan saja sebagai untaian kalimat tali
silaturrahmi. Bagaimana mungkin saya yang tidak tahu merukiah, tiba-tiba
diminta untuk merukiah. Begitu pikir saya.
Pengetahuan
saya tentang ilmu rukiah juga hanya sebatas membaca buku. Dan pernah dirukiah,
bukan praktisi. Sayapun menolak
permintaan itu dengan alasan tidak pandai merukiah dan menganjurkan untuk
berobat medis saja.
Tapi
pemuda itu begitu yakin bahwa saya bisa merukiah. Hingga ia mengatakan,
“kalaupun tak ada perubahan, maka tak mengapa. Tapi, cobalah dulu”.
Kalau
saja ada orang yang pandai merukiah di kampung itu, saya pasti akan menujukan
kepadanya.
Baiklah.
Bismillah. Sayapun memenuhi permintaannya dengan niat untuk tidak
mengecewakannya. Dan saling menolong dalam satu kampung. Yang saya lakukan
hanya membaca surah al-fatihah, surah al-ikhlas, surah al-falaq, dan surah
an-nas. Hanya itu.
Hari
berikutnya pemuda itu mengabarkan kembali kondisi anak itu yang mulai membaik.
Entah itu secara kebetulan atau memang manfaat rukiah, pikir saya. Allahu
a’lam. Sayapun kembali melakukan rukiah dengan bacaan rukiah yang sudah
saya hapal dari buku.
Setahu
saya, penyembuhan dengan terapi rukiah tidak bisa hanya sekali. Oleh sebab itu
pengobatan rukiah disebut terapi, karena berkesinambungan. Atas izin Allah
kondisinya semakin membaik hingga ia sehat kembali. Segala puji hanya milik
Allah. Siapa saja bisa merukiah. Tidak harus menjadi ustad dulu baru bisa
merukiah.
Semoga
bermanfaat
Rujukan: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Metode
Pengobatan Nabi, 2018, Penerbit Griya Ilmu.
0 Comments:
Posting Komentar