Informasi Dan Edukasi

Minggu, 24 Mei 2020

Baikkah Menemani Anak ke Sekolah

Sumber gambar: Pexels


Pengalaman saya mengajar di Sekolah Dasar beberapa tahun lalu, kiranya dapat menjadi evaluasi bersama. Masih ada satu kebiasaan yang menurut saya kurang tepat dilakukan orang tua siswa pada awal tahun ajaran baru. Seperti orang tua yang menemani anaknya terus menerus di kelas satu.

Wajar jika sehari dua hari menemani anaknya di sekolah hingga jam pulang sekolah. Tapi jika terus menerus dijaga, tentu ini berdampak tidak baik bagi anak. Begitu juga bagi guru yang mengajar, akan menimbulkan pengurangan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Berikut dampak tidak baik terhadap anak terkait hal tersebut:

1. Menghilangkan keberanian sang anak

Mulai memasukkan anak ke sekolah artinya orangtua sudah mulai mengajarkan sifat mandiri. Anak yang selama ini sudah terbiasa berada disamping orangtuanya, kini sekitar dua atau tiga jam dalam sehari ia harus mandiri. Nah, jika kemandiriannya yang hanya dua atau tiga jam itupun di ‘renggut’ dengan menemaninya, maka itu sama saja menghilangkan sifat berani pada sang anak.

Saya pikir kita setuju bahwa bentuk kasih sayang terhadap anak tidak harus memanjakannya, termasuk menemaninya di sekolah. Justeru karena sayang itu, kita perlu menanamkan dan membiasakannya bersikap berani dan mandiri, terutama saat tidak bersama orangtua.

 

2. Menimbulkan sifat manja

Anak usia kelas satu Sekolah Dasar sudah sepantasnya melepas sifat ‘manja’ nya dari orangtua. Jika terus-terusan orang tua menemaninya belajar dalam kelas, maka ia akan tetap nyaman memanjakan dirinya. Dan tidak menanamkan sifat berjuang dalam dirinya. Akibatnya, ia akan tertinggal dari temannya dalam hal kemandirian.

 

3. Menjadikan suatu kebiasaan buruk

Anak yang terbiasa di temani orangtua dapat mengakibatkan ketergantungan. Akan ada saatnya dimana orangtua tidak bisa mengantar karena suatu sebab yang penting. Bisa jadi anak akan malas pergi ke sekolah karena sudah terbiasa ditemani orangtua. Saat diwakilkan kepada orang lain, seperti tetangga atau saudara, ia akan enggan menerimanya. Jika tidak di antar, ia akan menangis. Jika tidak ditemani di sekolah, ia akan ‘ngambek’. Ini dapat merepotkan orangtua.

 

4. Membuat guru tidak leluasa mengajar

Sebagian sekolah masih ada yang membolehkan orangtuanya masuk ke lingkungan sekolah. Posisi orang tua yang berada di luar kelas dan berusaha untuk ‘mengintip’ anaknya didalam kelas, membuat guru yang mengajar merasa kinerjanya diawasi. Ruang gerak terhadap siswapun menjadi terbatas. Alhasil, guru yang mengajarpun tidak maksimal memberikan pengajarannya di kelas.

Mulailah untuk menanamkan sifat mandiri kepada anak dengan mengantar dan menjemputnya hanya sampai sekolah. Tidak masuk untuk melihat kondisinya di dalam kelas. Berikanlah kepercayaan kepada sekolah tempat anda menitipkan anak anda mengenyam pendidikan. Semoga bermanfaat.

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Statistik Pengunjung