4 Hal yang Mempengaruhi Wibawa Guru
Sumber gambar: Pixabay |
Sifat
wibawa acap disandingkan pada profesi guru. Sebuah ungkapan yang berbunyi “Guru
adalah seorang yang digugu dan ditiru”, mengharuskan guru untuk berlaku wibawa.
Lalu, mungkinkah guru mengalami krisis kewibawaan? Faktor apa saja yang dapat
mempengaruhinya?
Wibawa
adalah pembawaan untuk dapat menguasai, mempengaruhi, dan dihormati orang lain
melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya
tarik, begitu menurut KBBI.
Wibawa yang kuat melahirkan hasil yang positif
terhadap yang dipimpin. Sebaliknya, wibawa yang lemah dapat menghambat
kinerjanya.
Berikut beberapa hal yang mempengaruhi wibawa seorang guru;
Pertama,
penampilan. Bak slogan iklan yang menyatakan
“kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda”. Ini berlaku bagi
setiap orang yang membutuhkan sebuah perhatian. Ya, guru butuh perhatian siswa.
Baik dalam menjelaskan pelajaran di depan kelas, maupun saat mengawasi siswa
belajar. Jika
guru sudah tak lagi mendapat perhatian siswa, maka tak ada artinya ia berdiri
di depan kelas.
Penampilan adalah faktor utama yang menjadi fokus perhatian
siswa. Penampilan tidak harus memakai aksesoris mahal dan seragam yang
mencolok. Namun berpenampilanlah yang khas, menunjukkan anda seorang guru,
misalnya menggunakan seragam guru, atau blazer/jas lengkap dengan dasinya.
Ini
akan menambah nilai wibawa anda sebagai seorang guru. Sebagian siswa melihat
orang tuanya yang berkarir dengan baju kerja mereka yang menawan, hingga
menginspirasi mereka. Setiba di sekolah, melihat gurunya berpenampilan tidak
rapi atau tidak menunjukkan khas seorang guru, bisa jadi siswa akan
menyepelekan anda, karena menganggap orang tuanya masih lebih hebat karirnya
dari anda.
Kedua,
keilmuan. Masih ada guru yang
mengajar bukan dari jurusannya. Bisa karena berbagai faktor seperti karena
kekurangan guru, atau guru tersebut kekurangan jam mengajar disebabkan tuntutan
gelar “sertifikasi” nya.
Juga masih ada guru yang mencukupkan diri dengan jenjang pendidikan yang ada, tanpa
mau memperbaharui, atau meningkatkan jenjang pendidikannya. Ini terkait pada
penyampaian materi ke siswa. Guru yang “plin-plan” seperti tidak mempunyai
persiapan mengajar dapat menurunkan wibawanya. Siswa jadi memandangnya sebelah mata.
Di
zaman milenial ini, bukan tidak mungkin siswa lebih luas wawasan keilmuannya
ketimbang guru. Contoh lain, seorang penceramah ditunggu hingga dua jam kedatangannya.
Mereka rela berpeluh dan berdesak antar pengunjung lain demi mendengarkan
ceramahnya.
Itu
karena ia mempunyai ilmu, pandai menyentuh hati pendengarnya, mengerti apa
masalah yang sering terjadi di kalangan pendengarnya, bisa menaksir sejauh mana
pemahaman pendengar, hingga ia juga mampu menakar sejauh mana materi yang
disampaikan tanpa melebar ke pembahasan di luar jangkauan nalar pendengar. Itu
semua karena ilmu yang dimilikinya.
Guru juga begitu, mumpuni dalam jurusan
ilmu pengetahuan yang diemban, mampu mendongkrak kewibawaannya.
Ketiga,
manajemen lembaga pendidikan. Peraturan
yang dibebankan pada guru juga dapat mempengaruhi wibawa. Pernah terjadi, guru
yang mendisiplinkan siswa malah berujung ke ranah hukum. Dan kejadian seperti
itu lebih dari sekali atau dua kali. Imbasnya, lembaga pendidikan memperketat
pendidiknya dengan peraturan, tidak boleh memukul siswa, walau dalam konteks
mendisiplinkannya. Cukup dengan nasihat saja.
Jika
guru tak lagi dibolehkan memberi hukuman dengan maksud mendisiplinkan siswa,
ini akan dapat melemahkan wibawa guru. Perintahnya tak lagi menjadi perioritas
siswa untuk ditaati.
Kejadian
seperti guru dipidana gegara mendisiplinkan murid, dapat berimbas buruk pada
cara pandang siswa. Bisa jadi siswa menjadi lebih bebas karena jika mereka
melakukan pelanggaran, mereka beranggapan “paling hanya dinasihati saja”, tanpa
menimbulkan efek jera bagi siswa.
Keempat,
sikap. Salah jika guru memakai
kuasanya sebagai guru untuk memerintah siswa sesuai seleranya. Siswa diwajibkan
menghormati guru, bukan berarti guru tidak menghormati siswa. Secara langsung,
guru yang seperti ini akan melemahkan wibawanya sendiri.
Siswa
menjadi benci karena guru terlalu otoriter. Maka sebaiknya, bersikaplah
layaknya siswa menghormati atau menghargai anda. Separah apapun tugas yang
dikumpulkan siswa, sanjunglah. Berilah masukan yang baik agar berubah menjadi
baik. Jangan pernah meremehkannya, apalagi sampai menjelekkannya di depan
teman-temannya.
Semoga bermanfaat.
0 Comments:
Posting Komentar