Informasi Dan Edukasi

Jumat, 30 Agustus 2019

Disenangi Siswa Bukan Ukuran Keberhasilan Pendidik

Sumber gambar: Pixabay

Menyenangkan siswa dalam proses belajar yang baik adalah salah satu tugas seorang pendidik. Tapi, apakah semua pendidik yang dapat menyenangkan siswa di kelas itu dikatakan berhasil dalam mendidik?

Sebuah contoh, ketika ujian akan berlangsung besok, jadwal ujian beserta pengawasnya di tiap kelas sudah terpampang di papan mading sekolah. Anak-anak berduyun untuk melihatnya. Namun sangat disayangkan bahwa yang mereka lihat pertama kali adalah bukan jadwal mata pelajarannya, melainkan siapa yang akan mengawas di kelas mereka.

Beberapa dari mereka gembira kala melihat pengawasnya adalah guru tertentu. Mengapa mereka senang? Umumnya masa yang ditakutkan oleh siswa adalah masa ujian. Karena disitulah pertarungan untuk mendapatkan nilai tertinggi di mulai. Tak ayal bahwa banyak siswa yang memakai cara yang tidak dibenarkan saat ujian, seperti ‘mengopek’ atau mencontek dari temannya yang terdekat duduknya.

Mengapa peserta didik merasa senang dengan guru tertentu yang mengawas ujian? Jika guru yang mengawas ujian itu ketat dan disiplin, tentunya mereka tidak berkutik untuk melihat kanan kiri apalagi sampai mencontek dan lain sebagainya. Jika bukan karena sikap tegas dan disiplinnya, lantas apa?

Jawabannya adalah karena kelonggaran disiplin yang terjadi. Nah, apakah guru yang disenangi seperti ini dikatakan telah berhasil mendidik? Menyenangkan peserta didik atas kelonggaran disiplin yang dilakukan bukanlah standar keberhasilan seorang pendidik. Seorang pendidik harus bisa mengubah peserta didik memahami suatu konsep, yaitu “sebuah proses”.

Seekor kupu-kupu yang cantik beterbangan tak lantas begitu. Alur itu bermula dari telur yang menetas menjadi ulat kecil hingga dewasa lalu menjadi kepompong. Beberapa lama kemudian barulah ia berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Sebuah proses. Suatu yang indah tidak lantas terjadi dalam sekejab.

Ketika peserta didik berhasil mendapatkan nilai tinggi, ia akan mengerti arti sebuah perjuangan. Lain halnya dengan siswa yang mendapat nilai tinggi dengan cara yang tidak dibenarkan. Rasa puas yang ia dapatkan tidaklah sebahagia siswa yang jujur. Seorang guru dikatakan sukses jika ia mampu mengubah sikap siswa menjadi lebih baik.

Proses itu adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh seorang pendidik. Biarlah siswa membencinya sebagai guru karena kedisiplinan yang diterapkan. Namun kelak, saat siswa tersebut tumbuh menjadi seorang yang penuh memikul tanggung jawab, ia akan mengerti bahwa apa yang diterapkan gurunya dahulu adalah untuk kebaikannya.

Jangan biarkan siswa senang atas kelonggaran disiplin yang terjadi, karena itu sama saja menciptakan generasi yang rapuh. Semoga bermanfaat
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Statistik Pengunjung