Informasi Dan Edukasi

Jumat, 06 September 2019

Baikkah Menyamaratakan Siswa dengan Tidak Memberi PR Akademis?

Sumber gambar: Pixabay

Pekerjaan rumah akademis atau istilahnya PR serasa menjadi “momok” bagi siswa. Mereka beranggapaan bahwa PR akademis hanya menambah beban belajar saja. Tentu berbeda jika anggapan itu diberikan oleh seorang pendidik. Berikut dua alasan berbeda terkait pemberian PR akademis kepada siswa;

Pertama, PR akademis hanya akan menambah lelah mereka dalam belajar. Kini banyak sekolah yang menerapkan sistem jam belajar fullday shcool. Sejak pagi hari hingga sore mereka berada di sekolah. Pada kondisi seperti ini memang tidak cocok jika sebagian besar waktu istirahat mereka atau waktu berkumpul dengan keluarga mereka terbuang hanya untuk menyelesaikan tugas akademis.

Anak didik juga punya kapasitas belajar yang terbatas. Jika terlalu berlebihan atau dipaksakan menambah jam belajar maka akan menjadi sia-sia. Mereka akan mengalami kejenuhan. Nah, disini perlu juga orangtua memahami kondisi sang anak. Orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Menyediakan les tambahan ini dan itu agar sang anak mumpuni menguasai bidang ilmu tertentu. Tapi psikologi anak juga harus dipahami oleh orangtua. Kondisi tubuh yang lelah tidak akan mampu menerima tambahan pelajaran apapun.  

Sekilas pandangan umum. Pegawai yang bekerja seharian, masuk jam delapan pagi lalu pulang jam lima sore, ketika pulang yang dibutuhkan hanyalah istirahat. Mungkin dengan bercerita kepada keluarga, nonton televisi atau hal lainnya yang membuatnya santai. Tidak lagi menyentuh pekerjaan dan berusaha menjauhkan diri dari pekerjaan. Hal ini dirasa perlu untuk mengontrol tekanan jiwa pada diri.

Setiap orang butuh penyegaran diri untuk dapat menyeimbangkan kondisi tubuh. Tidak semua penyakit ditimbulkan oleh virus, bakteri atau kontak langsung dengan penderita. Sakit juga dapat ditimbulkan oleh pikiran. Terlalu lelah berpikir dapat menjadikannya stress.

Kedua, PR akademis baik diberikan bagi anak didik yang bersekolah dengan sistem non fullday. Alasannya adalah untuk membatasi pergaulan siswa di luar jam sekolah. Maka dengan adanya PR akademis ini, mereka dapat membuat kelompok belajar di rumah salah satu temannya. Ini satu hal yang positif bagi siswa.

Selain itu, PR akademis juga sebagai ajang belajar dan mengulang pelajaran bagi siswa di rumah. Ada sebagian siswa yang jika sudah pulang sekolah lalu mencampakkan tas, mengganti baju langsung bermain hingga tidak mempedulikan pelajaran apa yang telah dipelajari di sekolah tadi.

Tidak bisa menyamaratakan untuk tidak memberikan PR akademis kepada siswa. Melihat pada fungsinya, kondisi sekolah dan siswanya. Selama lima tahun terakhir ini saya pernah mengajar di tiga sekolah yang berbeda yang masing-masing menerapkan sistem belajar fullday.

Ada banyak manfaat menyekolahkan anak di sekolah yang menerapkan sistem fullday. Salah satunya adalah dapat membatasi ruang gerak anak dalam bergaul di luar sekolah. Mengurangi dampak negatif pergaulan siswa diluar pengawasan orang tua.
Semoga bermanfaat.
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Statistik Pengunjung