Sumber gambar: Pixabay |
Pekerjaan
rumah akademis atau istilahnya PR serasa menjadi “momok” bagi siswa. Mereka
beranggapaan bahwa PR akademis hanya menambah beban belajar saja. Tentu berbeda
jika anggapan itu diberikan oleh seorang pendidik. Berikut dua alasan berbeda
terkait pemberian PR akademis kepada siswa;
Pertama,
PR akademis hanya akan menambah lelah mereka dalam belajar. Kini banyak
sekolah yang menerapkan sistem jam belajar fullday shcool. Sejak pagi
hari hingga sore mereka berada di sekolah. Pada kondisi seperti ini memang
tidak cocok jika sebagian besar waktu istirahat mereka atau waktu berkumpul
dengan keluarga mereka terbuang hanya untuk menyelesaikan tugas akademis.
Anak
didik juga punya kapasitas belajar yang terbatas. Jika terlalu berlebihan atau
dipaksakan menambah jam belajar maka akan menjadi sia-sia. Mereka akan
mengalami kejenuhan. Nah, disini perlu juga orangtua memahami kondisi sang
anak. Orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Menyediakan les tambahan
ini dan itu agar sang anak mumpuni menguasai bidang ilmu tertentu. Tapi
psikologi anak juga harus dipahami oleh orangtua. Kondisi tubuh yang lelah
tidak akan mampu menerima tambahan pelajaran apapun.
Sekilas
pandangan umum. Pegawai yang bekerja seharian, masuk jam delapan pagi lalu
pulang jam lima sore, ketika pulang yang dibutuhkan hanyalah istirahat. Mungkin
dengan bercerita kepada keluarga, nonton televisi atau hal lainnya yang
membuatnya santai. Tidak lagi menyentuh pekerjaan dan berusaha
menjauhkan diri dari pekerjaan. Hal ini dirasa perlu untuk mengontrol tekanan
jiwa pada diri.
Setiap
orang butuh penyegaran diri untuk dapat menyeimbangkan kondisi tubuh.
Tidak semua penyakit ditimbulkan oleh virus, bakteri atau kontak langsung
dengan penderita. Sakit juga dapat ditimbulkan oleh pikiran. Terlalu lelah berpikir
dapat menjadikannya stress.
Kedua,
PR akademis baik diberikan bagi anak didik yang bersekolah dengan sistem non
fullday. Alasannya adalah untuk membatasi pergaulan siswa di luar jam
sekolah. Maka dengan adanya PR akademis ini, mereka dapat membuat kelompok
belajar di rumah salah satu temannya. Ini satu hal yang positif bagi siswa.
Selain
itu, PR akademis juga sebagai ajang belajar dan mengulang pelajaran bagi siswa
di rumah. Ada sebagian siswa yang jika sudah pulang sekolah lalu mencampakkan
tas, mengganti baju langsung bermain hingga tidak mempedulikan pelajaran apa
yang telah dipelajari di sekolah tadi.
Tidak
bisa menyamaratakan untuk tidak memberikan PR akademis kepada siswa. Melihat
pada fungsinya, kondisi sekolah dan siswanya. Selama lima tahun terakhir ini
saya pernah mengajar di tiga sekolah yang berbeda yang masing-masing menerapkan
sistem belajar fullday.
Ada
banyak manfaat menyekolahkan anak di sekolah yang menerapkan sistem fullday.
Salah satunya adalah dapat membatasi ruang gerak anak dalam bergaul di luar
sekolah. Mengurangi dampak negatif pergaulan siswa diluar pengawasan orang tua.
Semoga bermanfaat.
0 Comments:
Posting Komentar