Informasi Dan Edukasi

Selasa, 03 September 2019

Tidak Ada Sebutan “Anak Bodoh” Dalam Kelas

Sumber gambar: Pixabay

Anak bodoh sering terdengar dikalangan siswa untuk mengejek temannya yang kurang cakap atau kurang pintar dalam belajar. Kata "bodoh" juga menjadi selingan komunikasi yang sudah biasa terdengar diantara percakapan anak-anak. Misalnya, "Bukan seperti itu, bodoh!" dengan maksud ucapan yang tidak sebenarnya. Namun sudah menjadi aksen dalam obrolan yang berarti dia tidak tahu dalam hal yang dimaksud.

Ada beragam tingkatan pengetahuan akademik siswa di dalam kelas. Seperti tertuang dalam rapor siswa berbentuk ranking. Jikapun tidak dimuat hingga ranking terakhir, setidaknya wali kelas mengurutkannya hingga peringkat sepuluh besar.

Apakah peringkat kelas ini yang menjadi acuan siswa disebut "bodoh" saat tengah menduduki peringkat kelas terakhir? Nyatanya, banyak orang sukses yang masa lalunya pernah mengalami kegagalan akademis di kelas. Contohnya, inspirator Budi Waluyo, yang sering membagikan kata-kata motivator.

Ia berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya pas-pasan. Ia bercerita ketika duduk di bangku sekolah dasar, ia sering mendapat nilai merah. Ia juga kerap mendapat hukuman dari orang tuanya karena sering mendapat nilai merah dari gurunya. Tapi hasilnya apa sekarang?

Ia sanggup menempuh pendidikan S-2 hingga S-3 nya di luar negeri. Kini ia juga menjadi pembicara dalam seminar-seminar motivator, juga penulis buku motivator. Ia juga membuat kelas belajar bahasa inggris online gratis yang bertujuan untuk membantu generasi muda Indonesia, khususnya, yang ingin meraih beasiswa ke luar negeri.

Juga, kerap ia membagikan testimoni siswanya yang lulus beasiswa ke luar negeri melalui media sosial. Setidaknya, siswa yang tidak lulus beasiswa tersebut sudah menguasai kaidah bahasa inggris dasar.

Saya pernah berbincang dengan seorang kepala sekolah. Dalam "kamus" nya tidak ada anak bodoh di sekolah. Ia sempat menceritakan pengalamannya yang payah, dulu saat usia SD. Hingga kelas 5 pun, ia masih belum lulus perkalian matematika.

Tapi nyatanya apa? Ia berhasil lulus di perguruan tinggi negeri, mengalahkan jamaknya orang yang mendaftar kesitu. Kini ia aktif sebagai kepala sekolah di sekolah swasta yang dikenal banyak "membuang siswa" karena tidak lulus tes masuk. Sementara sekolah swasta lain, notabenenya mencari banyak siswa untuk menunjang keberlangsungan sekolah.

Siswa yang dikatakan bodoh itu bukanlah anak yang tidak tahu apa-apa. Ia hanya sedang memahami, sedang mempelajari dan sedang berjuang. Hasil akhirlah yang menentukan. 

Don't judge a book by its cover.
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Statistik Pengunjung