Sumber gambar: Pixabay |
Anak
bodoh sering terdengar dikalangan siswa untuk mengejek temannya yang kurang
cakap atau kurang pintar dalam belajar. Kata "bodoh" juga menjadi
selingan komunikasi yang sudah biasa terdengar diantara percakapan anak-anak.
Misalnya, "Bukan seperti itu, bodoh!" dengan maksud ucapan yang tidak
sebenarnya. Namun sudah menjadi aksen dalam obrolan yang berarti dia tidak tahu
dalam hal yang dimaksud.
Ada
beragam tingkatan pengetahuan akademik siswa di dalam kelas. Seperti tertuang
dalam rapor siswa berbentuk ranking. Jikapun tidak dimuat hingga ranking
terakhir, setidaknya wali kelas mengurutkannya hingga peringkat sepuluh besar.
Apakah
peringkat kelas ini yang menjadi acuan siswa disebut "bodoh" saat
tengah menduduki peringkat kelas terakhir? Nyatanya, banyak orang sukses yang
masa lalunya pernah mengalami kegagalan akademis di kelas. Contohnya,
inspirator Budi Waluyo,
yang sering membagikan kata-kata motivator.
Ia
berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya pas-pasan. Ia bercerita ketika
duduk di bangku sekolah dasar, ia sering mendapat nilai merah. Ia juga kerap
mendapat hukuman dari orang tuanya karena sering mendapat nilai merah dari
gurunya. Tapi hasilnya apa sekarang?
Ia
sanggup menempuh pendidikan S-2 hingga S-3 nya di luar negeri. Kini ia juga
menjadi pembicara dalam seminar-seminar motivator, juga penulis buku motivator.
Ia juga membuat kelas belajar bahasa inggris online gratis
yang bertujuan untuk membantu generasi muda Indonesia, khususnya, yang ingin
meraih beasiswa ke luar negeri.
Juga,
kerap ia membagikan testimoni siswanya yang lulus beasiswa ke luar negeri
melalui media sosial. Setidaknya, siswa yang tidak lulus beasiswa tersebut
sudah menguasai kaidah bahasa inggris dasar.
Saya
pernah berbincang dengan seorang kepala sekolah. Dalam "kamus" nya
tidak ada anak bodoh di sekolah. Ia sempat menceritakan pengalamannya yang
payah, dulu saat usia SD. Hingga kelas 5 pun, ia masih belum lulus perkalian
matematika.
Tapi
nyatanya apa? Ia berhasil lulus di perguruan tinggi negeri, mengalahkan
jamaknya orang yang mendaftar kesitu. Kini ia aktif sebagai kepala sekolah di
sekolah swasta yang dikenal banyak "membuang siswa" karena tidak
lulus tes masuk. Sementara sekolah swasta lain, notabenenya mencari banyak
siswa untuk menunjang keberlangsungan sekolah.
Siswa
yang dikatakan bodoh itu bukanlah anak yang tidak tahu apa-apa. Ia hanya sedang
memahami, sedang mempelajari dan sedang berjuang. Hasil akhirlah yang
menentukan.
Don't judge a book by its cover.
0 Comments:
Posting Komentar