Sumber gambar: Pixabay |
Peran
orangtua menentukan perkembangan pendidikan anak. Tempat pendidikan pertamanya
adalah rumah dimana orangtua sebagai gurunya. Mulai dari belajar makan,
berdiri, berjalan, berbicara dan lain sebagainya. Semua itu diajarkan oleh
orangtua. Lalu, perlukah lembaga pendidikan lain selain rumah?
Ya,
karena semakin tumbuh besar dan dewasanya anak, semakin banyak ilmu pengetahuan
yang harus ia tahu. Lantas, pantaskah orangtua yang memasukkan anaknya ke
lembaga pendidikan lalu menyerahkan sepenuhnya tanpa mau tahu kondisi
pendidikannya? Ini ada dan kerap saya jumpai.
Saya
melihat adanya kekurangperhatian orangtua pada anak didik dalam menjalin
kerjasama dengan sekolah. Pengalaman saya sebagai walikelas, ketika anak-anak
mengambil hasil ujian mereka di sekolah, selalu terdapat orangtua yang tidak
bisa hadir dengan alasan kesibukan pribadi.
Mengapa
harus orangtua yang mengambil hasil ujian ke sekolah? Itu sebagai bentuk
perhatian orangtua pada anaknya. Interaksi ini bertujuan untuk mengetahui
sampai dimana kemampuan anak didik dan apa saja kendala yang dihadapi olehnya
dalam belajar. Disini, orangtua akan mendapat informasi terkait perkembangan
pendidikan anaknya dan sebaliknya, wali kelas mendapat jawaban dari orangtua akan kendala anak
didiknya yang selama ini dialami.
Selanjutnya
dapat diambil kesimpulan untuk memperbaiki kekurangan dalam pola belajarnya. Ironisnya,
masih banyak dijumpai orangtua yang mengabaikan momen ini. Seharusnya sesibuk
apapun orangtua, sejauh apapun orangtua, mampulah kiranya memberikan waktunya
hanya sebentar ke sekolah sebagai wujud kerjasama yang baik.
Pun
pemberian hasil ujian berlangsung hanya sekali persemester, bukan setiap bulan
apalagi setiap minggu. Wajar jika saya katakan orangtua kurang perhatian pada
anaknya jika tidak dapat menghadirinya. Seyogyanyalah orangtua bisa bekerja
sama dengan lembaga pendidikan secara baik. Ini dimaksudkan agar sama-sama bisa
memonitor perkembangan pendidikan anak.
Minimal
orangtua dapat menanamkan kepada anaknya untuk mencintai guru dan
menghormatinya di sekolah. Tidak melawannya dan tidak membantah ucapan guru.
Tidak memanjakannya dengan membelikan motor mahal untuk dibawa ke sekolah, atau
ponsel keluaran terbaru agar dapat pamer dengan teman-temannya.
Jika
ini dilakukan, maka tidak akan terjadi tragedi guru Budi, yang meninggal dunia
karena ulah muridnya yang tidak terima didisiplinkan dalam kelas. Berita ini
sempat viral pada februari 2018. Ini mencegah dari orangtua yang tidak terima
jika kelak anaknya mendapatkan kasus di sekolah, seperti tinggal kelas,
berkelahi, membuat onar di kelas, melawan guru, bolos sekolah dan lain
sebagainya.
Seolah
tidak ada komunikasi sebelumnya. Padahal dengan adanya tatap muka saat
mengambil hasil ujian anak, informasi mengenai anak yang bersangkutan dapat
tersampaikan. Lainnya, saat penerimaan siswa baru, tidak sedikit orangtua yang
meminta agar anaknya tinggal di asrama sekolah. Padahal kuota asrama yang
tersedia sangat terbatas. Jika dirata-ratakan jawabannya adalah agar anaknya
terawasi. Mereka takut anaknya terjerumus ke dalam pergaulan yang bebas.
Mungkin
pihak sekolah masih dapat mempertimbangkannya jika calon siswa itu berada di
luar kota. Tapi yang terjadi malah domisilinya sama. Masih sekampung dengan
sekolah tersebut. Jika kebanyakan jawaban orang tua begitu, dapat disimpulkan
–menurut saya- bahwa orang tua mulai ‘menjengkali’ anaknya. Atau orangtua tidak
mau repot mendidik anaknya di rumah.
Mengapa
harus berhenti berjuang mendidik anak sendiri? Mengapa orangtua begitu mudah
percaya dengan lembaga pendidikan yang menyediakan asrama? Asrama sekolah
bukanlah ‘bengkel’ sikap. Bagaimana jika teman-teman yang ia temui bukan teman
yang baik? Bukankah ini malah menjadikannya tidak baik pula.
Tidak ada jaminan siswa akan menjadi lebih baik
selepas tinggal di asrama sekolah. Walaupun ada pembimbing asrama, tapi yang
diawasinya itu bukan satu dua orang anak, tapi banyak. Peran orang tua sangat
penting untuk menentukan sikap baik seorang anak. Setidaknya jalinlah kerjasama
yang baik dengan pihak sekolah agar sama-sama dapat mengawasi anak didik.
Semoga bermanfaat
0 Comments:
Posting Komentar