Sumber gambar: Pixabay/ Chemmy Chen |
Setiap orang tua punya harapan yang sama terhadap anaknya, yaitu agar kelak mereka menjadi anak yang berbudi pekerti mulia. Walau tidak sedikit juga orang tua yang mendambakan anaknya menjadi seorang ahli sains. Pendidikan merupakan hal yang paling menentukan keberhasilan atas harapan tersebut.
Rumah adalah tempat pendidikan pertama bagi anak. Mulai belajar berucap hingga ia mahir mengejar suatu benda. Sehingga tak salah jika dikatakan bahwa guru terbaik adalah orang tua.
Belajar di Pondokan
Istilah mondok sering dipakai untuk menyebutkan seorang pelajar yang belajar di pondok belajar. Berasal dari kata pondok yang berarti bilik atau kamar yang disediakan pengelola kepada peserta didik.
Menilik kelebihan dan kekurangan dari tempat belajar ini, agaknya dapat menjadi bahan baca bahkan pertimbangan bagi orang tua yang ingin memondokkan anaknya untuk belajar pada usia wajib belajar.
Beberapa keunggulan belajar sistem mondok diantaranya; siswa lebih intens berkegiatan yang menunjang pola belajarnya, karena biasanya pengajarnya juga tinggal dalam lingkup yang sama. Atmosfer belajar itu besar untuk mempengaruhi siswa menekuni bidang pengetahuan yang dijalani.
Selain mendapat pengawasan langsung dari petugas, juga menikmati bonus kegiatan belajar yang beragam. Malam hari biasanya diisi dengan kegiatan pengembangan diri, seperti; mendengarkan tausiah atau ceramah agama dari pembimbing, masuk ke dalam jadwal menjadi imam masjid dengan tujuan siswa mahir sekembalinya ke kampung halaman, atau jadwal belajar berceramah dengan diawasi oleh salah satu pengajar yang telah ditugaskan, dan berkemah juga menjadi agenda bulanan mereka.
Nah, setelah mengetahui beberapa keunggulannya, kini kita beralih pada kekurangannya. Informasi ini saya ringkas dari obrolan saya dengan teman seprofesi, yang mana beliau telah merasakan belajar di pondok sejak tingkat sekolah dasar. Pengawasan kegiatan yang ketat menyebabkan siswa berniat untuk meluapkan keinginan yang tidak bisa dilakukannya itu muncul sekembalinya pulang ke rumah.
Ini berakibat pada berubahnya niat belajar sang anak. Ketidak-ikhlasan dalam belajar akan muncul dalam dirinya. Seperti melakukan hal-hal yang tak bisa ia lakukan di pondok. Misalnya bermain gadget atau bermain game online di android dalam durasi yang cukup lama.
Mengapa ini dilakukan? Karena selama ia mondok, dilarang untuk menggunakan alat komunikasi. Begitu juga dengan nonton televisi hingga larut, atau bermain dengan teman sampai tak ingat waktu. Dengan kata lain mereka “balas dendam” terhadap waktu yang telah terenggut. Namun hal ini tidak berarti menjeneralisir siswa.
Hal lainnya adalah orang tua tidak bisa memantau perkembangan belajar sang anak. Apa saja ilmu pengetahuan yang mampu diraihnya dan apa saja yang belum. Jika sekembalinya dari pondok malah menghabiskan waktunya untuk “balas dendam”.
0 Comments:
Posting Komentar