Efek Konseling terhadap Siswa
Apa yang ada di pikiran anda, ketika mendengar siswa
yang di konseling oleh gurunya? Bisa jadi anda langsung berburuk sangka
terhadap siswa tersebut. Menyangka bahwa ianya telah melanggar peraturan
sekolah, atau berbuat onar di dalam kelas, bukan? Ya, umumnya siswa dalam
proses konseling acap dilabel buruk oleh teman-temannya.
Tapi, apakah konseling hanya ditujukan pada siswa yang
melanggar peraturan saja? Ternyata tidak! Mari kita simak sekelumit paparan
berikut:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri,
konseling bisa berarti pengarahan, yaitu pemberian bimbingan oleh yang ahli
kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya. Konseling
juga diartikan sebagai penyuluhan, yaitu pemberian bantuan oleh konselor kepada
konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri
meningkat dalam memecahkan berbagai masalah.
Nah, pada pengertian yang
kedua tampaklah bahwa tujuan diadakannya konseling pada siswa adalah untuk
meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi kesulitan belajar. Bukan karena siswa
tersebut melanggar peraturan sekolah, walau memang itu adalah salah satu fungsi
Bimbingan Konseling di sekolah.
Jadi, sedari dini seyogyanyalah guru di kelas,
khususnya wali kelas sudah membuat jadwal konseling terhadap siswanya. Hal ini
bertujuan untuk menyelami karakter siswa lebih dekat. Jika sebuah ungkapan
mengatakan tak kenal maka tak sayang, berkenalanlah lebih dini agar anda lebih
menyayangi anak-anak didik anda.
Ingat bahwa tujuan konseling adalah untuk membantu
siswa menggapai tujuan belajarnya. Maka jangan sampai siswa tersebut tersangkut
masalah, baru anda konseling.
Mengutip dari laman merdeka.com, tanggal 29 juli 2020,
setidaknya ada 7 tujuan diadakannya konseling bagi siswa. Diantaranya adalah
mampu mengembangkan potensi diri anak didik seoptimal mungkin. Maka seorang
guru wajib tahu sejauh mana potensi anak didiknya.
Dengan konseling. Ya, dengan konseling. Siapkanlah
angket pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui sisi lain anak didik anda.
Misal beberapa pertanyaan yang dapat anda gunakan seperti; bagaimana ia dikenal
oleh teman-teman satu kelas, sejauh apa keluarganya mendukung dalam belajar,
apa harapan atau apa cita-citanya setelah menyelesaikan pendidikan, mata pelajaran
apa yang dirasa sulit untuk diikuti begitu juga sebaliknya, pelajaran apa yang
ia suka?
Anda juga tidak harus mentok dengan angket pertanyaan
pada lembar konseling. Sebisa mungkin anda ajak siswa anda untuk santai
memaparkannya. Seolah ia sedang curhat dengan sahabatnya. Bisa jadi satu
pertanyaan saja dapat melebar jauh jawabannya. Dan apa yang ingin anda tanyakan
dapat terjawab sebelum anda tanyakan.
Dengan mengetahui delapan puluh persen kehidupannya,
anda akan lebih mudah mengendalikannya. Tidak semua siswa dengan perlakuan yang
sama. Karena mereka punya karakter yang berbeda. Maka sikapilah mereka sesuai
dengan karakter yang mereka miliki.
Pahami juga bahwa tidak semua anak mampu mengenyam
semua materi pelajaran. Dukung saja perkembangan belajarnya pada mata pelajaran
yang ia senangi. Karena pasti ada harapan disitu. Misalnya ia lebih tertarik
pelajaran olahraga ketimbang pelajaran yang lainnya, maka dukunglah! Siapa tahu
ada harapan menjadi atlet di kemudian hari.
Lantas bagaimana dengan pelajaran lain yang ia tak
begitu menyukainya? Jika anda wali kelasnya, berilah pemahaman kepada guru mata
pelajaran bahwa ia tidak begitu bisa mengikuti pelajarannya. Terangkan juga
latar belakang dan karakter si anak agar guru tersebut dapat memakluminya.
Semoga
bermanfaat.
0 Comments:
Posting Komentar