Belajar Bahasa Itu Mudah
Poliglot adalah sebutan bagi orang yang menguasai
lebih dari 4 bahasa asing. Berasal dari bahasa Yunani, yaitu polyglottos
yang artinya banyak lidah. Dan Hiperpoliglot adalah istilah yang digunakan
untuk menyebut orang yang menguasai lebih dari 6 bahasa asing. Indonesia juga
punya, lho. Namanya Raden Mas Panji Sosrokartono, yang hidup pada tahun
1877-1952 (ruangguru.com)
Darimana memulai mempelajari bahasa?
Penduduk yang tinggal di daerah wisata, dimana daerah
itu sering dikunjugi wisatawan asing, sangat besar kemungkinan ia bisa
berbicara bahasa asing walau tidak tahu ketatabahasaannya. Bayi yang baru
belajar berbicara juga tidak pernah diajarkan ketatabahasaan dulu baru ia bisa
bicara. Tapi mengapa lama kelamaan ia bisa paham, dan akhirnya juga bisa
berbicara dengan bahasa yang dipahami?
Sejak bayi, seorang anak senantiasa mendengarkan
percakapan kedua orangtuanya setiap hari. Pahamkah ia dengan apa yang didengar?
Tentu tidak, karena ia tidak mengerti makna dari bunyi suara yang ia dengar.
Lantas bagaimana hingga akhirnya ia mengerti apa yang disampaikan?
Ia akan mengerti kalimat per kalimat dan faham apa
yang dikatakan orangtuanya saat usianya mulai mahir mengucapkan kata. Itu
karena seringnya ia mendengarkan percakapan, dan banyaknya pengulangan kalimat
yang ia dengar. Artinya bahwa semakin banyak kita mendengarkan percakapan, maka
semakin banyak pula kita menyerap kosa kata untuk diucapkan.
Begitulah saat kita akan memulai mempelajari bahasa
asing, seperti bahasa Arab atau bahasa Inggris. Kita mengenal materi
“Listening” dalam bahasa Inggris, dan “Al-Istima’” dalam bahasa Arab. Dimana
pada materi tersebut, pembelajar akan mendengarkan rekaman percakapan.
Tujuannya adalah membiasakan pembelajar untuk
mendengar kata atau kalimat asing yang ia pelajari. Selanjutnya, mengerti akan
kata atau kalimat yang disampaikan.
Dari contoh diatas, dapatlah faedah bahwa mempelajari
bahasa asing hendaknyalah memulai pembelajarannya dengan mendengarkan
percakapan bahasa asing itu sebanyak mungkin. Semakin sering mendengar
percakapannya, maka semakin banyak pula kosa kata yang akan didapat.
Dari situ pula kita dapat belajar menggunakan kata
pada tempatnya. Mungkin kita pernah bertanya-tanya, apakah bahasa Arab atau
Inggris yang saya pergunakan ini sudah sesuai dengan orang Arab atau Inggris
berbicara? Atau, pernahkah Anda merasa ditertawakan mereka saat menggunakan
bahasa yang Anda pelajari?
Dalam materi “Mendengarkan” itulah terkandung
tatabahasa yang dapat diaplikasikan secara langsung dengan cara mencontoh pola.
Misalnya “saya telah makan nasi”, maka buatlah pola yang sama dengan kata benda
yang berbeda, seperti “saya makan buah”, “saya makan daging”, dan lain
sebagainya.
Begitulah kecakapan berbahasa dengan mudah dipelajari.
Maka setelah Anda mahir berbicara, Anda dapat melanjutkannya pada materi
ketatabahasaan. Jika dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “Grammar”, dalam
Bahasa Arab disebut pelajaran “Nahwu dan Shorof”.
Salahkah mempelajari ketatabahasaan dulu?
Merangkai kata hingga menjadi sebuah kalimat yang
sempurna tentu ada rumusnya. Untuk Anda yang bergelut dalam bidang
korespondensi, ini sangat diperlukan. Namun untuk Anda yang ingin agar cepat
bisa berbicara dengan bahasa asing, maka ini kurang tepat.
Anda akan disibukkan dengan memikirkan rumus
penyusunan kalimat, sehingga Anda ragu, apakah kalimat yang akan saya ucapkan
ini benar? Juga, mempelajari kaidah tata bahasa butuh keseriusan, yang dapat
memicu kebosanan dalam belajar. Jangan sampai Anda berhenti belajar bahasa
asing gegara sulit memahami tatabahasa.
Tapi ini tidak menjeneralisir semua orang. Ada juga
yang mempelajari ilmu tatabahasa dulu, ia juga bisa berbicara dengan baik dan
benar. Semua terpulang kepada Anda. Apa tujuan Anda mempelajari bahasa asing?
Semoga
bermanfaat
0 Comments:
Posting Komentar