Pixabay |
Perutnya lapar. Ia kembali ke asrama untuk mengambil uang membeli nasi. Ini hari libur, biasanya santri asrama pulang sehingga tidak di antar makanan.
“Hapeku hilang!” teriak Rafly. Ia langsung melihat Rahman.
“Dasar, lo klepto! Di sini, gak ada siapa–siapa lagi selain lo. Udahlah ngaku aja!”
“Apa maksud kau?” tanya Rahman heran. Rafly menarik kera baju Raman.
“Gak usah sok ngalim deh, lo. Temen gue banyak di asrama sekolah kayak lo!” Ujarnya tinggi.
Ketua asrama datang
“Ada apa ini?” tanyanya heran sambil menarik Rafly dari Rahman
“Begini, akh, ba’da maghrib tadi memang ana cepat masuk asrama. Antum tahu sendiri, kan kalau hari ini ana puasa. Hape Rafly hilang. Lalu ana gak ngerti, dia bilang kalau hape itu ana yang ambil“
“Hallah, gak usah acting deh, lo. Semua tu da jelas. Dari lo yang duluan selesai mandi, sampe’ lo yang duluan balik dari masjid. Mau ngeles apa lagi?” Potong Rafly tinggi.
“Rafly!” teriak ketua asrama menghentikan ujaran Rafly.
“Aku kenal siapa Rahman. Kau jaga adabmu. Dia ini kakak kelasmu..” sambungnya
“Oh, jadi kalian join, nih?“
“Jaga ucapan kau, Raf!, biarpun kami gak punya, kami gak butuh! Bukan seperti kau, anak kota yang gak punya sopan!“ kata ketua asrama lantang.
Santri lainnya datang pada ketua asrama menenangkannya, dan menyuruhnya untuk beristighfar.
Rafly keluar mencari cara lain. Sesaat kemudian, ia datang bersama Ustad Yahya. Kami semua di kumpulkan di Masjid.
“Ada apa ini?” Tanya Ustad Yahya membuka forum. Ketua asrama menguraikan ceritanya. Ustad Yahya mempersilahkan santri lain untuk memberi komentar, saran, usul atau tanggapan lainnya.
Seorang santri angkat bicara memberikan komentarnya.
“Ustad, saya pernah mendengar katanya membaca surah yasin oleh empat puluh satu orang itu bisa menemukan barang yang hilang. Bagaimana jika kita coba itu, ustad”
“Begini. Membaca surah yasin itu baik, karena itu bagian dari membaca Al Qur’an. Tapi ana belum pernah membaca atau mendengar tentang yasin empat puluh satu itu. Sebaiknya tidak kita lakukan karena takut itu akan melanggar ajaran Nabi. Sebagai manusia, kita hanya bisa berdo’a dan berikhtiar. Semua ini kita serahkan sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Adapun hal–hal yang kita curigai, janganlah kita anggap benar sebelum ada bukti dan saksi. Akan kita selidiki selanjutnya.” sambung Ustad Yahya tenang.
Forum ditutup. Para santri kembali ke asrama. Rahman pergi menunaikan hajatnya yang tertunda. Sebelumnya ia meneguk air minum. Tadi sebelum ke masjid, air di dispenser kosong, tapi kini berisi. Entah kapan datangnya..
***
Rafly, siswa pindahan dari salah satu sekolah berasrama di Jakarta. Orang tuanya menginginkan dia kuliah di Mesir. Itu sebabnya ia pindah sekolah.
Senja hampir tenggelam. Teman–teman masih asyik menghafal dan murajaah. Suara mengaji pun mulai terdengar dari menara masjid, menandakan akan masuk waktu salat maghrib. Para santri mempersiapkan diri. Ada yang mandi, pakai sarung, pakai baju, bahkan ada yang sedang mencari sandal.
Lima menit lagi adzan. Rahman belum mempersiapkan sesuatu untuk buka puasa. Tapi ia memilih untuk mandi dulu baru mempersiapkan buka puasa.
Adzan maghrib tiba. Biasanya Rahman selalu menyimpan air minum dalam botol air mineral kecil. Untungnya masih tersisa sedikit saat ia menemukannya. Asrama berlangganan air minum isi ulang. Seharusnya hari ini sudah waktunya datang. Tapi belum juga diantar. Mungkin sebentar lagi. Iapun pergi ke masjid untuk salat maghrib berjamaah.
Selesai.
0 Comments:
Posting Komentar