Menyoal Pemberian Hadiah kepada Guru
Sumber gambar: Pixabay |
Penilaian Akhir Tahun (PAT) baru saja selesai di
lingkungan pendidikan. Bagi Anda yang berprofesi sebagai pengajar, tentu masih
harus mengerjakan beberapa program pengajaran untuk tahun ajaran baru. Program
pengajaran seperti RPP adalah alat wajib yang harus Anda dimiliki sebelum Anda
berdiri di depan peserta didik. Walaupun sekarang ini sedang liburan akhir
tahun ajaran, namun tugas-tugas tersebut tetap menjadi “PR” yang harus
diselesaikan sebelum liburan usai.
Penerimaan rapor siswa yang baru selesai sekira
kurang lebih 2 minggu yang lalu masih menyisakan beberapa pertanyaan, baik bagi
instansi pendidikan, orangtua siswa, maupun tenaga pendidik itu sendiri. Yaitu
bagaimana status hadiah yang diberikan siswa atau wali siswa kepada guru saat
acara penyerahan rapor siswa? “Halal” atau “haram” kah?
Seperti sudah menjadi suatu tradisi bagi siswa atau
orangtua siswa, saat hari serah terima rapor untuk membawa hadiah bagi gurunya.
Katakanlah mereka ikhlas memberinya sebagai rasa terima kasih telah
memperhatikan dan mengajarkan anaknya. Tapi, cukupkah sampai disitu saja?
Adakah pihak lain yang dirugikan? Apa saja akibat yang terjadi jika hal itu
dibolehkan?
Mari kita bahas bersama. Jika instansi pendidikan
telah membolehkan untuk menerima hadiah dari siswa, saya pikir ini tidak ada
masalah. Katakanlah instansi pendidikan swasta, dalam hal ini adalah yayasan.
Maka tentunya pihak yayasan telah merembukkan sebelumnya bersama semua
anggotanya akan kebolehan menerima hadiah tersebut. Jika disepakati, berarti
boleh dilakukan.
Dengan catatan tidak ada unsur pemaksaan baik
secara lisan maupun tulisan yang mengharuskan untuk memberi hadiah. Karena jika
ada, sudah masuklah pada kategori “pemerasan”, yang dapat dituntut oleh orangtua
siswa.
Selanjutnya, jika tidak ada ketetapan dari pihak
sekolah, yayasan, ataupun dinas terkait yang membolehkan menerima hadiah,
bolehkah guru mengambil hadiah tersebut? Tentu hal ini sudah diluar hak guru
yang bersangkutan. Artinya jika guru tersebut menerima hadiahnya berarti ia
telah membuat kebijakan sendiri.
Sebagai orang
yang bekerja dibawah kepemimpinan pihak tertentu haruslah mengikuti
aturan yang telah ditetapkan. Jika tidak ada aturan boleh menerima hadiah, maka
janganlah lakukan. Lantas apa yang harus dilakukan guru saat itu terjadi?
Bukankah menolak pemberian seseorang dapat membuatnya kecewa?
Anda dapat menolaknya dengan halus disertai
penjelasan. Katakan bahwa kami telah menerima gaji atas pekerjaan ini. Jika
orangtua siswa tetap ingin memberi, atau Anda segan untuk menolaknya, maka
alihkanlah hadiah tersebut kepada pimpinan Anda. Karena pimpinan-lah yang
berhak membuat keputusan.
Masyarakat di lingkungan pendidikan itu bukan hanya
guru saja. Ada tata usaha, kebersihan, penjaga sekolah, satpam, dan lain-lain.
Dimana mereka juga ikut bersama-sama bekerja bersama Anda. Bagaimana jika Anda
saja yang mendapat hadiah sementara yang lain tidak, karena bukan guru? Tentu
tidak adil. Hal ini juga akan menimbulkan kecemburuan mereka terhadap Anda.
Kita juga faham bahwa tingkat kesejahteraan siswa
itu berbeda-beda. Ada yang mampu dan ada yang tidak mampu. Tentu tidak bisa di
sama-ratakan memperbolehkan memberi hadiah kepada guru. Bagaimana jika ada
orangtua siswa yang kurang mampu mengetahui yang lainnya memberi hadiah?
Mungkin ia jadi minder.
Pemberian hadiah juga bisa memberi kesan yang
negatif. Misalkan salah satu orangtua siswa memberi hadiah uang dengan jumlah
yang banyak. Bisa jadi guru yang menerima akan memperlakukan anaknya dengan istimewa.
Sudah jelas salah, karena guru harusnya memberikan pelayanan terbaik kepada
semua siswa, bukan pada siswa tertentu saja.
Semoga bermanfaat
0 Comments:
Posting Komentar